Langkah
untuk menghapus mata pelajaran TIK bisa jadi karena semakin banyak
siswa yang pintar dan cerdas serta mahir dalam menggunakan komputer.
Bagi mereka yang gaptek, generasi digital ini dianggap sebagai ancaman,
mereka adalah bencana bagi karir para penentu kebijakan di masa depan.
Di beberapa instansi bahkan di sekolah, generasi yang lebih senior kerap
kali gagal dalam memahami kemajuan teknologi. Gap inilah yang membuat
kesenjangan antara generasi digital native dan digital immigrant.
Jika
saja para kaum digital immigrant ini bisa memahami kebutuhan dan
kemajuan teknologi di masa mendatang, tentu yang harus mereka lakukan
adalah mengarahkan dan mengembangkan bakat dan potensi para digital
native agar lebih diberdayakan untuk manfaat nusa dan bangsa minimal
untuk dirinya sendiri. Saya tentu saja tidak ingin bahkan tidak rela
jika anak-anak kehilangan kesempatan untuk memelajari teknologi. Ini
akan menjadi bencana bagi generasi di masa mendatang. Penguasaan
teknologi dunia terus berkembang, jika kita menghapusnya dalam mata
pelajaran, maka kiamat lah sudah generasi-generasi penerus bangsa yang
seharusnya menjadi pemimpin dunia. Kita akan terus menerus di jajah dan
di jajah. Kita akan selamanya menjadi kaum konsumtif yang hanya bisa
memakai dan menghabiskan tanpa menyadari bahwa bahan dan sumber daya
yang ada diambil dari perut bumi kita sendiri.
Oleh
karena itu saya menuntut pemerintah untuk menghadirkan kembali mata
pelajaran TIK di sekolah. Hal ini bukan semata-mata guru-guru yang telah
tersertifikasi melalui jalur mata pelajaran TIK. Bukan semata hal
tersebut, melainkan demi mengembangkan dan memajukan generasi muda agar
bisa bersaing di kancah dunia Internasional.
Kita
berhadap akan muncul Steve Jobs asli Indonesia bahkan Bill Gates
Indonesia yang menjadi dua ikon raksasa dunia yang sampai saat ini
produknya di gunakan oleh jutaan manusia.
Apakah anda tidak pernah bermimpi lahir pemimpin-pemimpin berpotensi dari Indonesia?
Pemerintah
justru hendaknya memfasilitasi para guru untuk terus belajar teknologi
agar tidak tertinggal dengan murid-muridnya. Pemberian sertifikasi bisa
saja dapat dirubah menjadi pemberian beasiswa. Setelah menempuh masa
pendidikan formal strata satu dan minimal strata dua, barulah para guru
dapat menikmati insentif sertifikasi untuk meningkatkan kesejahteraan
hidup mereka. Bukan dibalik seperti kenyataannya di lapangan saat ini.
Sejahtera dulu, tapi melupakan upgrading diri sendiri.
sumber:http://wijayalabs.blogdetik.com/2016/02/10/inilah-alasan-mengapa-matpel-tik-masih-diperlukan
0 komentar:
Posting Komentar