Sewaktu masih duduk di bangku SMP, saya pernah menyaksikan sebuah permainan sulap pinggir jalan yang dimainkan dengan indah oleh seorang penjual es di alun-alun kota Malang. Sang pesulap memberi tantangan kepada para pelanggannya, tantangan yg membuat saya bertahun-tahun mengaguminya. 3 batang korek api dia letakkan di atas selembar kertas, "Barang siapa bisa membuat korek api ini berdiri dg bagian pentol/kepala di bawah, boleh minum es gratis."
Meski ini sulap kampungan, gaya tebak-tebakan di kalangan tukang becak, pedagang es, anak sekolah, dan tukang sampah, tapi saya yakin andapun ingin mencobanya saat ini ..meski sudah tidak ada lagi es gratisnya. Saya yakin anda juga sangat penasaran memikirkannya, seperti saya waktu itu. Sesampai di rumah, sayapun mencoba berbagai teknik yang masuk akal bagi saya untuk membuat batang korek api ini berdiri dg kepala gundulnya di bawah, di atas sebuah kertas. Sampai-sampai sayapun lupa mengerjakan PR dan belajar.
Manusia memang terlahir secara misterius, dan selalu menjadikan misteri bagian dari hidupnya. Ketika menemukan misteri, logikapun segera berlomba-lomba dalam upaya memecahkannya ... Itulah sebabnya muncul anggapan orang yang bisa mengendalikan misteri sebagai sosok yg patut disegani, karena sebelum bisa mengendalikan tentunya seseorang hrs mengerti betul cara kerja di balik misteri itu sendiri.
Kembali ke alun-alun keesokan siangnya, ternyata tantangan yg sama digelar kembali. Beberapa orang jongkok mengelilingi kertas dengan ketiga batang korek itu, sementara si penjual es sibuk melayani pelanggannya. Sesekali dia berteriak mengejek kepada kerumunan itu .. "Sudah ketemu?" .. "masa kalah sama penjual es" .. Dan kerumunan itupun makin mengernyitkan dahi, bau keringat dan debu sudah tidak mampu mengusik keasyikan ini. Beberapa orang mulai berdiskusi, tiba2 sang penjual es berkata .. "sisahkan 1 batang korek api saja, biar lebih gampang, ini sudah jam 4 sore, saya sudah mau pulang" .. Sayapun bergegas pulang tersadar kalo hari sudah sore. Malam harinyapun saya masih bermimpi nongkrong di kerumunan itu.
Ngomong-ngomong kok anda juga ikutan mikirin cara membuat korek api berdiri di atas kepala gundulnya .. ;)
Inilah yang sering disebut sebagai "bukan penyakit, tapi sangat menular" ..Antusiasme, ketika kita sudah terjangkiti maka kita menjadi seperti pakai kacamata kuda, lupa akan kendala, kalau kendala saja bisa kita lupakan apalagi hal-hal kecil lainnya seperti makan, mandi, dan lain-lain.
Keesokan harinya, saya ingat betul hari itu hari sabtu. Sepulang sekolah, teman-teman saya bergerombol di gedung bioskop dekat alun-alun, menonton "Student Show" pukul 1 siang yang lebih murah karcis masuknya. Saya malah ikut berjongkok di hadapan selembar kertas dan sebatang korek api, bersama beberapa tukang becak dan anak sekolah STM yang doyan tawuran. Berbagai dalih dilontarkan, rasanya seperti diskusi ilmiah membahas Fisika Tingkat Tinggi. Lalu ada seorang laki-laki menyapa saya sembari menepuk bahu saya, "Ngapain di situ?" .. Sayapun kaget, dan berpikir ada penjahat yang mau menggendam saya, ternyata dia adalah guru saya. Perasaan bercampur-aduk, ya jengkel, ya malu, ya segan, sampai saya cuma bisa tersenyum kecut saja .. bahkan beberapa tahun yang lalu, saat saya mengikuti sebuah pelatihan hypnosis, peristiwa inilah yang pop out ketika mencoba teknik regresi ke masa lalu.
Ketika kita bekerja di dalam sebuah kelompok yang solid, maka pencapaian bersama menjadi issue yang dominan. Kesenangan pribadipun terabaikan. Perbedaan pendapatpun tidak memicu terjadinya perselisihan, apalagi perpecahan. Suasana kondusif ini benar-benar tercipta ketika tidak ada upaya pihak luar, yang tidak satu visi dengan kelompok, yang dengan sengaja atau tidak mulai mengacaukan harmonisasi kedekatan ini. Meski kita sudah lama melewatinya, pikiran kita kadang menciptakan kembali kenangan itu, yang bisa mengubah sikap dan semangat kita saat ini. Penciptaan kembali ini dalam bahasa Inggris disebut Re-Creation .. Atau rekreasi, nah anda sekarang jadi paham kenapa kita perlu rekreasi ;)
"MASIH BELUM BISA???" ... "KALIAN SEMUA INI TERLALU RUWET" ... olok si penjual es sembari mencuci mangkok-mangkok kotor, lalu dia ke tengah kerumunan itu .. Mengambil batang korek itu, memegang kepala atau pentol korek dengan jari telunjuk dan jempol tangan kiri ..."INI PENTOL KOREK" ... "INI BATANGNYA" sembari memegang batangnya dengan jari telunjuk dan jempol tangan kanan sembari melepaskan pegangan tangan pada kepala korek .. batang korek saat ini dalam posisi persis seperti ketika siap dinyalakan .. Dengan sangat tenang, dia tempelkan kepala korek persis di tengah kertas, sesaat kemudian dia lepaskan kedua jari yang memegang korek itu ... "BUKA MATAMU LEBAR-LEBAR, DAN LIHAT!!!" ... semua mata terbelalak menyaksikan sebatang korek api berdiri stabil dengan kepala menempel pada kertas, dan batangnya mendongkak ke atas .. Semua orang bersorak, dan mulai mengumpat ... "SIALAN, DITIPU PEDAGANG ES" ..."GRRRRR" .. Kertas dengan korek api yang masih berdiri itupun segera diremas-remas oleh salah satu anggota kerumunan.
Masalah yang kita hadapi umumnya tidak serumit yang kita pikirkan, dan kecenderungan manusia tidak menghargai apapun yang nampak sederhana. Dan ketidakpuasan selalu dilampiaskan pada sosok manusia dan obyeknya bukan pada ide yang justru telah membongkar batas pemikirannya.
Saya sengaja tidak memasang ilustrasi apapun dalam tulisan ini untuk mengajak anda menciptakan kembali kekuatan imajinasi masa kanak-kanak anda .. _/|\_ semangat mencipta dalam rasa